
Niluh Djelantik dan UMKM
SuaraNiluh.com – Profesionalitasku dan pengalamanku dibayar mahal oleh mereka yang memintaku menjadi pembicara. Fee hingga puluhan juta rupiah per jam. Belum termasuk fasilitas transportasi akomodasi bintang 5.
Demi Bali kutinggalkan semua itu dan memutuskan fokus pada hal paling esential yang jadi dasar dari cara kita menyikapi hidup; kesejahteraan rakyat. Apakah aku dibayar dengan uang?TIDAK.
BACA
- Nliuh Djelantik Unggah Video Kondisi Terbaru David di RS
- Banyak Turis Berkendaraan Pakai Plat Rusia, Niluh Djelantik: Dimana Harga Diri Bangsa
Aku dibayar dengan senyuman rakyat yang haknya terpenuhi atas perjuanganku. Aku dibayar dengan respon/tindakan pejabat yang mendengar kritikanku dan kemudian membuat aturan sesuai masukanku. Itu upah yang tak ternilai buatku.

Aku tak perlu pujian, jika tidak bisa urun rembug setidaknya lakukan hal kecil. Contoh follower “kesayangan” Niluh Djelantik yang proaktif mensupport perjuanganku untuk Bali.
Padahal mereka tidak semuanya hidup di Bali. Mereka mendukung dengan berbagai cara dari bersuara hingga menemaniku dalam doa. Contoh pelanggan Niluh Djelantik yang tak henti selama 20’tahun bukan hanya membeli karya kami tapi juga mempromosikannya.
Sementara mereka yang meminta karya kami gratisan mengatasnamakan untuk mensupport mereka diajang kompetisi dan pemilihan ? Boro-boro mengapresiasi, mereka malah sibuk mengekspos diri sendiri.
Lelah? Tentu ada rasa itu. Tak jarang aku merasa sendirian sedangkan orang-orang yang menganggap dirinya figur publik orang terkenal yang PROFESI mereka kuperjuangkan itu seolah asyik dengan keseharian tanpa sadar jika hak mereka tak diperjuangkan maka usaha mereka runtuh rontok berantakan.
BACA
Aku merasa sendirian di tanah kelahiranku ; namun saat membuka page ini aku terhibur dan kutanggalkan rasa ingin menyerahku.
Aku tahu jika tidak ku lanjutkan, maka Bali akan kembali ke masa suram. WNA illegal meraja lela berlaku bak sultan , rakyat menjadi hamba dan pelayan, dan jika saat itu tiba ; semuanya telah terlambat.
Semasih nyawaku melekat di badan, aku akan terus bersuara. Sekalipun langit runtuh!!!. Entah sampai kapan. Semoga lelah itu tak lagi menyerang. (SN)
1 thought on “Niluh Djelantik: Demi Bali Kutinggalkan Semua Kemewahan”